Lisa adalah murid kelas 5 SD. Ia anak yatim piatu. Ia anak pertama
dari tiga bersaudara. Adiknya bernama Lukman dan Lina. Lukman berumur 7
tahun, sedangkan Lina berumur 4 tahun. mereka tinggal di gubuk tua
peninggalan Almarhum orangtuanya.
Lisa menjadi tulang punggung keluarganya setelah sepeninggalan
orangtuanya. Sehabis pulang sekolah ia selalu mencari belut untuk
dijualnya agar mendapat uang yang akan dipergunakan untuk biaya hidup
mereka. Setiap pukul 4 pagi, ia sudah terbangun. Tak lupa ia shalat
Subuh dan menyiapkan sarapan untuk harta yang paling ia sayangi, yaitu
adik-adiknya.
“Lukman, Lina ayo bangun! Sudah pagi. Ayo kita shalat Subuh”, seru Lisa.
“Hoaaahhh, memangnya sudah jam berapa sih Kak? Aku masih ngantuk nih”, ujar Lukman yang masih mengantuk.
“Iya Kak, masih ngantuk nih”, lanjut Lina.
“Tahan rasa kantuk kalian! Walaupun kita orang miskin, tetapi kita tidak boleh lupa yang namanya Shalat”, Lisa mengingatkan.
“Kalau begitu aku wudhu dulu ya”, “Aku juga”, ucap mereka yang langsung pergi ke kamar mandi.
Setelah itu, mereka pun shalat Subuh berjama’ah secara khusyuk dan
berdo’a kepada Allah agar diampuni segala dosa kedua orangtuanya semasa
hidup di dunia dan dimudahkan urusan hidup mereka. Setelah shalat, Lisa
pun memasak sarapan untuk adik-adik tersayangnya itu menggunakan tungku
kayu bakar.
Dengan penuh rasa cinta, masakannya pun jadi. Walaupun seadanya,
mereka sangat lahap memakannya. Apalagi Lina dan Lukman, mereka begitu
lahapnya. Lisa sangat bahagia melihat kedua adiknya itu makan dengan
lahapnya. Dalam hati Lisa bersyukur serta berdo’a “Ya Allah, terima
kasih Engkau telah memberikan rezeki kepada keluarga kecil kami ini.
Sehingga hari ini adik-adikku bisa makan dengan lahapnya”.
Saat membereskan makanan sehabis makan, Lisa teringat pesan Almarhum
orangtuanya sebelum pergi meninggalkan Lisa dan adik-adiknya untuk
selama-lamanya. “Lisa, Babak dan Ibumu sudah tua. Tak lami lagi, pasti
kami dipanggil ke Rahmatullah. Bapak pesan sama kamu, jika Bapak dan Ibu
pergi jagalah adik-adikmu, rawat dan sayangilah mereka dengan penuh
cinta. Jangan kecewakan kami berdua ya, nak…”. Akhirnya Lisa meneteskan
air matanya juga yang sedari tadi tak kuat ia tahan. Lukman dan Lina pun
mendekatinya lalu memeluknya. Mereka pun bertanya, “Kak, kenapa Kakak
menangis?”,
“Kalau Kakak nangis kita juga ikutan sedih dan pasti akan menangis pula”.
“Kakak baik-baik saja kok. Hanya saja, Kakak teringat Bapak dan Ibu”, ujarnya.
“Kakak tidak perlu sedih, kan sekarang Bapak dan Ibu berada di syurga.
Mereka sudah bahagia di sana. Jadi, Kakak jangan sedih lagi ya, kan ada
kami” ucap Lukman menegarkan Kakaknya.
Lisa pun memeluk mereka dengan eratnya dan ia pun berdo’a kepada Allah
di dalam hatinya, “Ya Allah, terima kasih Engkau memberikan seorang adik
yang sayang padaku… Terima kasih”.
“Sudah sudah kalian jangan nagis…”, ujar Lisa menenangkan suasana.
“Karena hari ini hari Minggu, jadi Kakak pergi lebih awal untuk mencari
belut”, ucapnya. “Lukman, jangan lupa nanti jaga adikmu baik-baik sampai
Kakak pulang.”
“Oke kak!”.
Lisa pun keluar dari gubuknya. Berat hatinya meninggalkan
adik-adiknya yang masih kecil itu. Tapi, apa boleh buat rezeki sudah di
depan mata yang siap ditangkap dengan kerja keras. Jadi, Lisa rela
bekerja demi menghidupi kedua adiknya.
“Lukman, Lina, hati-hati di rumah ya, tunggu sampai Kakak pulang”, teriak Lisa.
“Baik Kak”, balas Lukman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar