Senin, 23 Maret 2015

Misteri Gadis Kecil di Rumah Kosong

Malam yang sunyi itu, Mellyza mengerjakan PR-nya di ruang keluarga. Semua keluarganya sudah tidur, kecuali Mellyza dan kakaknya. Sebenarnya, hari itu adalah hari Kamis, dan lebih tepatnya malam Jumat.
Mellyza hampir menyelesaikan PR-nya saat jam di rumahnya berdentang 10 kali yang menandakan bahwa saat itu sudah pukul 22.00.
“Tok… tok…” Mellyza mendengar bunyi seperti orang memukul palu.
“Siapa yang malam-malam begini memasang paku?” tanyanya bingung.
“Tok… tok…” bunyi itu terdengar lagi. Namun, kali ini bunyi itu disertai dengungan keras. Mellyza yang penasaran, segera naik ke kamar mama-papanya yang ada di lantai 2.
“Ma, Lyza pinjam balkon sebentar!” katanya pada Mama yang masih sibuk dengan laptop. Mama mengangguk.
Angin berhembus kencang saat Mellyza berlari ke balkon kamar mamanya yang sedikit luas. Ia menoleh ke rumah di sebelah kirinya.
Tiba-tiba, “Kyaaa… Setan!!” teriak Mellyza ketakutan. Mama terkejut, dan segera mendatangi Mellyza.
“Ada apa, Sayang?” tanya Mama.
“Ada setan, di kiri rumah kita Ma!” jawab Mellyza masih ketakutan. Mama dan Papa segera melihat ke rumah sebelah. Papa mengantarkan Mellyza ke kamarnya.
Lampu kamar Mellyza dimatikan, kemudian menyala lampu tidurnya.
“Selamat tidur, anak Papa. Mimpi indah!” ucap Papa lembut. Mellyza menarik selimutnya, ketika Papa pergi.
“Tok… tok…” Mellyza merinding, seketika ia menutupi tubuhnya dengan selimut. Selimut Mellyza tiba-tiba tertarik sendiri. Dan pintu kamarnya terbuka lebar.
“KAKAK!!” jerit Mellyza melihat kakaknya tergantung di depan kamarnya.
“Lyza, ada apa?” tanya kakak Mellyza khawatir akan adiknya itu. Mellyza terbangun, ternyata ia mimpi. Di sekelilingnya sudah ada keluarga besarnya.
“Kak, aku enggak mau tinggal di rumah ini!” jawabnya penuh keringat dingin. Nenek Mellyza dan Tantenya saling berpandangan dengan wajah penuh ketakutan.
“Nenek sama tante tahu sesuatu?” Mellyza bertanya pelan.
“Sebenarnya…”
“Sebenarnya… kamu diincar,” jawab Nenek. Mellyza mengerutkan dahi, ia bingung dengan semua ini.
“Diincar? Siapa dan kenapa?” kakak Mellyza yang sedari tadi diam jadi ikut bingung. Mata Tante Mellyza dan Nenek tampak berkaca-kaca.
“Mahkluk astral… Mereka ingin membawa adikmu, agar mereka bisa hidup ke dunia ini lagi,” jawab Tante Charien. Mellyza tak menyangka mendengar jawaban tantenya. Dengan wajah sedih, ia berlari turun ke bawah untuk menemui ayahnya.
“Mellyza…” panggil kakak Mellyza.
Kenapa aku? Mungkinkah Tuhan menginginkanku pergi? Jika begitu, tidak perlu begini. Aku ketakutan, mereka tinggi dan berdarah…
Itu adalah tulisan Mellyza yang ditulisnya terakhir kali, sebelum ia tidak sadar untuk selamanya.
Mellyza melihat tubuhnya sendiri, ia dikelilingi oleh keluarganya. Isak tangis dari Mama dan kakaknya terdengar. Tiba-tiba ia melayang tinggi, masuk ke dalam lubang dan…
“Di mana aku?” Mellyza mendapati rohnya berada di depan rumahnya. Ia masuk, namun tidak menemukan siapapun. Mellyza naik ke kamarnya, di dalamnya ada boneka patung mirip keluarganya. Ia memeluknya, dan segera pergi dari rumahnya.
“Tok… tok…” bunyi itu terdengar lagi, namun kali ini agak pelan. Mellyza mendekati rumah kosong di samping rumahnya. Kriekk… Mellyza menginjak batang kayu, seseorang yang ada di dalam rumah itu segera keluar. Mellyza dengan cepat bersembunyi agar tidak ketahuan.
“Siapa itu?” orang itu bersuara seperti anak kecil, namun ia tinggi besar dan di tubuhnya penuh darah. Orang itu mendekati tempat persembunyian Mellyza, dan ia sudah amat dekat. Mellyza berdoa supaya ia tidak ketahuan. Tempat persembunyian Mellyza dibuka, namun tidak ada Mellyza di dalamnya. Lalu dimana Mellyza? Seseorang ternyata membantunya. Kini ia aman di dalam gudang di rumahnya.
“Hey, kamu siapa?!” teriak Mellyza kecil.
“Aku Nessyza,” dia dingin sekali, itu membuat Mellyza tak nyaman.
“Aku harus kembali,” katanya.
“Tidak, atau kau mati,” cegahnya. Kali ini Mellyza tak mau menurut, Mellyza memberontak. Dia hendak berlari, namun rasanya kakinya sakit.
“Aku sudah melarangmu kembali, atau kau mati!” ujarnya. Mellyza menangis, ia rindu mama dan papanya.
Krieet… Dorr… bunyi yang pernah didengar Mellyza.
“Pasti di sekitar sini, ada orang mendekat,” gumamnya. Mellyza menarik Nessyza.
“Ada apa?” tanyanya.
“Seseorang datang mendekat,” jawab Mellyza. Mereka pergi secepat mungkin. Surat itu jatuh… Orang itu tahu di mana Mellyza pergi. Ia terus mengincar, hingga…
Hingga orang yang mengincar Mellyza itu tahu dimana tempat Mellyza. Di tempat lain, Mellyza dan Nessyza bersembunyi. Mellyza sangat ketakutan, ia dalam hati ingin kembali ke pada keluarganya.
“Di mana kita?” tanya Nessyza yang belum kenal tempat itu.
“Kita aman di rumah pohonku,” jawab Mellyza. Sreett… Kyaakk.. Doorr… bunyi keras itu terdengar di dekat rumah pohon Mellyza. Mellyza dan Nessyza menutup mata, ketika orang yang mengincar Mellyza tepat berada di depan mereka.
“Aku pasti menemukanmu…,” kata orang itu dengan suara beratnya. Apa yang terjadi? Orang itu berlalu pergi tanpa menoleh sedikit pun ke rumah pohon Mellyza.
“Fiiuuh… syukurlah dia tidak melihat kita,” ucap Nessyza menarik nafas. Mellyza bingung, ia harus melakukan apa supaya dapat kembali ke tubuhnya.
“Aku tahu, kau harus melawan orang itu.. Atau kau menyerah? Tidak ada jalan pulang,” jawab Nessyza yang seolah-olah mengetahui pikiran Mellyza.
Di rumah Mellyza,
“Lyza, sadar, dong, Sayang. Mama kangen sama kamu,” isak Mama Mellyza sambil memeluk tubuh Lyza.
“Cucu Nenek, Lyza. Lawan orang itu, kamu pasti bisa!” Nenek Mellyza menyemangati Mellyza. Nenek Mellyza sudah tahu, jika cucunya sekarang tidak berada jauh dari rumah itu.
Mellyza segera pergi dari rumah pohon itu, ia ingin melawan orang yang mengincarnya. Namun, anehnya tiba-tiba rumahnya menjadi seperti pasar yang dilalui oleh beberapa mahkluk astral. Salah satu mahkluk itu melihat Mellyza, mahkluk itu mengejar Mellyza.
Mellyza terus berlari hingga ia sudah tidak tahu lagi dimana ia berada. Nessyza menolong Mellyza dengan memberikan peta kemana ia harus menemui orang yang mengincar Mellyza.
“Terima kasih Nes,” gumamnya pelan sambil terus berlari. Setelah tahu mahkluk di belakangnya sudah tidak ada, ia menuju tempat yang ditunjukan oleh Nessyza. Letaknya tidak jauh dari tempat Mellyza sekarang berdiri.
Nessyza mengikuti Mellyza secara diam-diam, ia takut Mellyza terluka. Mellyza masuk ke dalam rumah kosong. Ia terkejut saat melihat rumah itu sangat terang. Mellyza masuk ke sebuah ruangan yang baginya cukup gelap. Ia duduk di kursi kecil dan bernyanyi lirih. Angin kencang tiba-tiba masuk di dalam ruangan itu, sesosok tubuh kecil keluar dari dalam angin itu. Cahaya merah keluar di tubuhnya. Mellyza tidak tahan, ia pingsan.
“Lyza, bangun. Mahkluk itu sudah tahu kita datang,” bisik Nessyza. Mellyza kemudian sadar, ia menemukan sebuah pedang bercahaya berada di dekatnya. Pedang itu ukirannya sangat indah, sehingga Mellyza mengambilnya.
“Dia belum tiba, dia bersama pasukannya,” kata Mellyza sedikit berteriak.
Mellyza benar, mahkluk itu mengumpulkan pasukannya. Mereka pasti akan berperang melawan Mellyza dan Nessyza.
“Aku ingin kita menang! Dengan kemenangan kita, aku bisa hidup kembali. Dan kalian juga akan menemukan banyak tubuh untuk dimasuki!” teriak mahkluk itu.
Waktu yang ditunggu telah tiba, mahkluk itu bersama pasukannya sudah berada di depan rumah kosong yang ditempati Mellyza dan Nessyza. Mellyza dan Nessyza yang berada di dalam berdoa dan menyiapkan senjata. Mellyza akan menggunakan pedang bercahaya itu.
3.. 2.. 1.. pasukan mahkluk astral itu menyerang dari berbagai penjuru. Nessyza menembakan pistol apinya ke 3 pasukan mahkluk astral itu. Whoos.. Doorr.. bunyi tembakan pistol itu membuat pasukan mahkluk yang mengincar tubuh Mellyza datang ke tempat mereka.
Semua berjuang mati-matian agar bisa hidup, walaupun itu hanya hidup di alam kedua.
“Rasakan ini… Hyaat…” Mellyza menusukan pedangnya ke-5 mahkluk astral dalam sekejap. Mahkluk itu segera berubah menjadi abu. Nessyza melindungi Mellyza dari 8 pasukan mahkluk astral yang mengelilingi Mellyza.
“Awas kau, ya! …” Nessyza menembakan pistolnya ke arah mahkluk yang mengelilingi mereka.
Pasukan mahkluk astral itu hampir habis, hanya berjumlah 5-6. Hal itu membuat mahkluk astral itu marah. Ia masuk dan menghadapi Mellyza serta Nessyza. Dengan cermat, Mellyza dan Nessyza berhasil menghindar dari serangan mahkluk itu.
“Matilah kau, Mellyza!” seru mahkluk itu sambil mengarahkan senjatanya ke arah Mellyza.
“Tidak akan, mahkluk aneh!” balas Mellyza menolak.
“Kembalikan aku ke bumi! Kembalikan aku ke tubuhku! Hyaat…” jerit Mellyza marah. Ia melompat, lalu menusukan pedang ke tubuh mahkluk itu. Mahkluk itu mulai melemas, Nessyza membantunya. Ia menembakan pistol ke arah mahkluk itu dan…
Dan mahkluk itu mengeluarkan cahaya yang menyilaukan. Mahkluk itu berubah menjadi seorang gadis kecil berambut panjang dengan jubah yang menutupi seluruh tubuhnya.
“Kau masih ingat aku, Mellyza?” tanya gadis itu. Mellyza sejenak memandang gadis kecil itu.
“K..k.. kamu.. Eneria!” jawab Mellyza terkejut.
“Ya.. Aku sahabat lamamu! Relakan tubuhmu untukku, Lyza!” serunya.
“Tidak akan pernah, Eneria!!” teriak Mellyza. Ia mengambil pistol dari tangan Nessyza dan mengarahkannya ke arah Eneria.
“Maafkan aku Mellyza, aku hanya ingin hidup!” bisiknya.
Doorr… Mellyza menembak Eneria, Semoga apa yang kulakukan ini benar… ucap Mellyza dalam hati. Eneria tergeletak dengan penuh darah, ia memandang wajah Mellyza. Senyum mengembang di wajah Eneria, pelan-pelan matanya tertutup. Semua tiba-tiba gelap, alam semesta seakan-akan berputar.
Cahaya terang telah berada dekat dengan Mellyza.
“Uh, Mama…” panggil Mellyza. Mama Mellyza menoleh ke arah Mellyza yang sudah sadar.
“Mellyza, sudah sadar? Minum dulu, ya!” kata Mama Mellyza sambil meminumkan segelas air putih ke Mellyza.
“Selamat ya, cucu Nenek sudah menang,” ucap Nenek Mellyza penuh haru.
“Makasih, Nek,” jawab Mellyza.
Pyarr… kaca jendela ruang depan dipecah. Mellyza segera turun untuk melihat. “Surat?” gumam Mellyza sambil menoleh ke segala arah. Ia duduk di sofa ruang tamu dan membaca isi surat itu.
Dear Mellyza,
Selamat tinggal sahabatku. Maafkan aku telah berbuat begitu buruk kepadamu, mungkin kamu masih trauma dengan kejadian tadi. Aku mohon, kamu memaafkan aku. Kamu jangan kaget jika surat ini sampai kepadamu, sebenarnya Nessyza adalah roh nenekmu. Nenekmu pasti tak ingin kamu kenapa-napa, jadi dia membantu mu. Aku berutang budi padamu, karena kamu telah membebaskanku. Selamat tinggal sahabatku tersayang, I love you !
Salam,
Eneria Belllinda (Sahabatmu)
Mellyza terkejut, Nessyza adalah roh neneknya? Eneria iri kepada Mellyza? Ia telah memaafkan Eneria, dan mendoakan Eneria. Jedaar… bunyi apa lagi itu?
Mellyza mencari ke arah sumber suara, ia melihat rumah kosong di sebelah. Ayunan di depan rumah kosong itu bergerak, seperti ada yang menaikinya. Mellyza tersenyum, ia tahu siapa yang menaikinya.
“Sampai jumpa, Eneria! Aku sudah memaafkanmu..” ucap Mellyza. Ayunan itu berhenti berayun, kemudian Mellyza melihat Eneria melambai ke arahnya.
Kakak Mellyza menghampiri adiknya yang sedang melambai.
“Hei!!” panggil kakaknya. Mellyza menoleh, senyum terpancar di wajahnya.
“Apa?” tanya Mellyza.
“Masuk!” jawab kakaknya. Mellyza masuk dengan wajah tenang.
Nenek Mellyza membisiki sesuatu ke Mellyza, “Kamu bisa mengalahkannya!”. Mellyza mengangguk. Ia teringat Nessyza. “Makasih, Nessyza,” kata Mellyza seakan tak tahu siapa Nessyza. Neneknya tertawa.
Seseorang tersenyum di jendela kamar Mellyza, ia mengucapkan selamat tidur pada Mellyza.
“Bye, Mellyza..” itulah suara terakhir Eneria sebelum ia pergi selamanya.
Akhirnya Eneria dapat hidup tenang, dan Mellyza juga. Ah, akhirnya masalah selesai!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar