Senin, 23 Maret 2015

Obat Alami Layila

Di pinggir jalan, seorang anak yang kira-kira berusia 12 tahun duduk sambil berjualan obat-obatan alami. Namanya Layila. Barang dagangannya masih lengkap, belum ada yang terjual. Daun sirih, lidah buaya, dan barang-barang lainnya yang ia jual belum ada yang dibeli satupun. Setiap ada orang yang lewat, ia sudah berusaha menawarkan dagangannya, tapi pasti tidak ada yang mau. Bahkan ada yang pura-pura tidak melihatnya. Karena adzan maghrib sudah berkumandang, Layila pun langsung membereskan obat-obatan yang ia jual dan membawanya pulang.
“Bagaimana jualannya hari ini?” Tanya Ummi.
“Sama kayak kemarin, Mi.” jawab Layila sedih. Ummi menghela napas.
“Besok, kan, hari Minggu. Kamu nggak sekolah, kan? Besok kamu jualanya dari pagi saja, ya. Siapa tahu kalau pagi-pagi banyak yang mau beli,” kata Ummi. Layila mengangguk, lalu segera menuju kamarnya.
Walaupun sangat lelah sehabis pulang sekolah, Layila tidak akan menolak perintah Ummi. Apapun yang Ummi suruh, mau mudah atau sulit, pasti ia lakukan. Seperti menjual obat-obatan alami sepulang sekolah.
Esok paginya, tidak seperti Minggu pagi biasanya, Layila bangun pukul 04.00. padahal kalau hari Minggu, Layila bangun pukul 05.30. Pukul 06.00 pagi, Layila pergi berjualan ke tempat biasa. Udara pagi yang segar menemani Layila saat berjualan. Ia sangat berharap hari ini dagangannya akan laku. Ia berdoa pada Allah, “Ya Allah, mudahkanlah aku dalam berjualan. Buatlah hari ini lebih baik daripada kemarin. Aaaamiin..”.
Siang. Sore. Belum juga ada yang mau membeli obat-obatan jualannya. Akhirnya saat maghrib, Layila memutuskan untuk pulang, tanpa uang sedikitpun. Baru saja ia mau mengemasi barang jualannya, tiba-tiba seorang bapak-bapak berlari kearahnya.
“Kamu penjual obat alami, kan?” tanyanya. Layila mengangguk.
“Punya obat sakit perut, tidak?” tanyanya lagi. “Ada jahe,” jawab Layila sambil mengeluarkan sebuah kantong yang isinya 7 kotak jahe.
“Saya beli semuanya, ya!” kata bapak itu. Ia segera mengambil 7 kotak jahe tersebut dan mengeluarkan uang senilai Rp. 1.500.000.
“Wah, Pak, Ini harganya Cuma Rp.19.000, kok. Lagi pula saya tidak punya kembaliannya, Pak..” kata Layila.
“Ambil saja kembaliannya. Terima kasih ya, dik…” kata bapak itu.
“TERIMA KASIH BANYAK, YA PAAAK!” kata Layila bahagia. Saking bahagianya, ia pun menangis.
“Ummi… tadi ada bapak yang beli daganganku, yang harganya Cuma Rp.19.000, dia bayar segini, Ummi!” kata Layila sambil memberikan segepok uang kepada Ummi.
“Alhamdulillah… terima kasih, ya Allah…” kata Ummi.
THE END.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar