Puluhan burung-burung kecil terbang di bawah langit biru yang indah
dengan kicauan merdu mereka. Seorang gadis kecil seperti malaikat
tesenyum dengan pakaian putih yang amat kusam, rambut panjang yang lurus
dan kulit yang berwarna kuning langsat. Ia telah diabaikan kedua orang
tuanya satu tahun yang lalu ketika ia masih berumur sembilan tahun.
Gadis itu kini sendiri hanya puluhan burung yang telah menemaninya.
Di belakang gedung Taman kanak-kanak itulah gadis kecil tidur, makan
dan bermain bersama burung-burung kecil. Tak mudah baginya mencari
makan, ia terkadang meminta-minta dan membantu mencuci piring di
pedagang-pedangang yang berada di pinggir jalan. Terkadang juga sehari
ia hanya memakan satu bungkus nasi dari upah kerjanya mencuci piring.
Namun, ia tetap bisa tersenyum dan bersemangat dengan hidupnya. Ia juga
selalu membagi makanannya kepada burung-burung itu, tak heran kalau
mereka selalu mendekati gadis kecil ini.
Terdengar bel dari Taman kanak-kanak yang menandakan waktunya pulang.
Gadis itu muncul dan mengintip anak-anak yang berlari dan memeluk ibu
mereka masing-masing. Burung-burung pun juga menyapa mereka dan sering
sekali satu anak laki-laki memberi sekantung kecil makanan untuk puluhan
burung-burung itu. gadis kecil itu tersenyum seakan ia bisa mendengar
apa yang diucapkan oleh burung-burung mungil.
Sore harinya ia duduk di gerbang Taman kanak-kanak dan melihat langit
membang. Kali ini ia hanya melihat sedikit burung kecil. “mungkin
mereka masih bermain di tempat lain” gumam gadis kecil itu. tak lama
kemudian ia merasa lapar. Ketika sore hari banyak pedagang yang tutup
dan melanjutkan berdagang esok hari. Gadis kecil ini berjalan sembari
mencari makan. Sesekali ia mengintip tong sampah barangkali ia menemukan
makanan kecil. Tidak jauh ia menelusuri jalan, satu burung kecil ia
temui, burung itu berbeda dengan teman-temannya indah dan lucu dengan
warna putih di bulu sekitar kepalanya. Burung kecil itu membawa
sebungkus roti kecil dan ringan, gadis kecil itu hanya melihatnya tak
berniat untuk merebut walau kini perut kecilnya telah berteriak. Burung
kecil itu berusaha membuka bungkus dari roti itu dan kemudian gadis
kecil itu membantunya. Burung itu tak langsung memakannya ia membagi
roti itu menjadi dua dan memberikan salah satu potongan roti kepada
gadis kecil itu. puluhan burung telah berdatangan dan mengerubungi gadis
kecil itu. gadis itu tersenyum kembali, membagi rotinya untuk
burung-burung kecil.
Gelap pun mulai datang, dunia sunyi telah kembali dan membawa
dinginnya angin malam. Tak tahu sekarang pukul berapa, gadis kecil ini
bermain batu-batu kecil yang ia susun menjadi sebuah bentuk rumah yang
mungil nan indah. Semakin larutnya malam membuatnya terlelap. Sebuah
mimpi indah difikirannya, ia tidur dan tersenyum sesaat sembari
meneteskan air mata.
Pagi yang cerah telah tiba. Gadis kecil itu terbangun oleh kicauan
burung-burung itu sebagai temannya. Ia memulai hari bahagia walau pun
dengan penuh usaha.
Namun, suatu hari gadis kecil itu menemukan satu burung yang mati di
pinggir jalan, gadis itu menangis karena kehilangan satu temannya. Gadis
ini kemudian membawa burung itu ke belakang gedung tempat ia tinggal.
Gadis itu menguburnya disana. Ia mulai cemas, akhir-akhir ini jumlah
puluhan burung mulai surut.
Seperti biasa saat bel pulang berbunyi. Gadis itu melihat anak
laki-laki yang biasa memberi teman burungnya makan itu duduk diam dengan
sebungkus makanan ditangannya. Gadis kecil itu menghampirinya.
“kakak, burungnya mati” ujar anak laki-laki itu kepada si gadis kecil.
Gadis kecil itu diam tak menjawab pertanyaan anak laki-laki itu. ia tengah menangis sembari melihat satu temanya mati lagi.
“ini temanku” jawab gadis kecil itu.
“oh iya, kalau bertemu burung kecil atau binatang yang lain, jangan
sakiti mereka ya, karena mereka juga temanku, kalau kamu ingin menjadi
teman mereka, sayangi juga mereka” lanjut gadis kecil menjelaskan.
“baik kak” jawab anak laki-laki itu.
Kemudian gadis kecil itu berlari dan bersembunyi di belakang gedung. Ia
menangis merintih kehilangan satu temannya lagi. Ia tak tahu apa
sebabnya kenapa mereka tiba-tiba mati satu persatu.
Esok harinya gadis kecil itu berjalan-jalan sembari mencari penyebab
meninggalnya burung-burung kecilnya. Sampai sore hari ia mencarinya.
Hingga sampai malam hari ia tidak bisa menemukannya.
Lima hari gadis itu mencari penyebabnya, tak pernah makan dan minum
ia tetap mencarinya dan melindungi burung-burung kecilnya. Sudah
duabelas burung yang mati. Kini gadis kecil ini merasakan ada yang aneh
pada tubuhnya. Ia sangat lelah, tubuhnya memanas. Ia terkena demam
tinggi, mungkin faktor lingkungan dan tidak makan selama hari pencarian.
Semakin melajunya hari semakin parahnya juga keadaan gadis kecil ini.
Tak ada seorang pun yang melihat keadaannya maupun menolongnya. Ia hanya
terbaring lesu di tempat gelap nan sunyi dan juga hanya burung-burung
kecil yang mengelilinginya dan menjaganya.
Hingga suatu hari, tepatnya di pagi hari, gadis kecil ini tidak bisa
bergerak lagi dan puluhan burung–burung kecil itu diam. Kini sunyi di
belakang gedung menyelimuti.
“kalian adalah teman hidupku, terima kasih sudah menjadi temanku”
Kalimat terakhir yang gadis kecil itu ucapkan untuk teman-temannya si
puluhan burung-burung kecil yang mengelilinginya. “cit cit cit” puluhan
burung-burung itu menjawab dan melihat gadis kecil itu tersenyum untuk
mereka di saat terakhir hidupnya. Kini gadis kecil itu menutup mata dan
terlelap untuk selamanya, meninggalkan puluhan burung-burung kecil yang
menyayanginya. Mungkin, ada kesedihan di hati burung-burung kecil itu.
Bel pulang berbunyi. Baru kali ini kicauan burung yang amat keras
memenuhi belakang gedung hingga suara mereka pun terdengar oleh
orang-orang yang berada dikawasan gedung taman kanak-kanak itu. satu
burung kecil menemui anak laki-laki yang pernah berbicara dengan gadis
kecil itu. ia hinggap di tangan anak itu. “cit cit cit” burung itu
berusaha berbicara dengan anak itu. tak lama kemudian anak kecil itu
menyadari bahwa akhir-akhir ini ia tidak melihat gadis kecil yang biasa
ia panggil kakak. Kemudian anak itu berlari menuju belakang gedung dan
ia menemukan gadis kecil itu terbaring pucat dengan dikelilingi oleh
puluhan burung-burung mungil.
“kakak? Kakak kenapa dingin sekali? Aku ambilkan selimut ya? Aku akan panggil mama” ucapnya dan berlari menghampiri mamanya.
“mama mama, ayo ambil selimut di rumah, kasihan kakak yang ada disana kedinginan” jelas anak laki-laki itu kepada mamanya.
Sebelum mengambil selimut. Mama anak tersebut mencoba melihat gadis
kecil itu dan betapa kagetnya setelah mama anak tersebut melihat gadis
kecil itu.
“Raka, kakak ini sudah meninggal, ia tidak kedinginan, ia meninggal
seperti burung yang raka temukan waktu itu” jelas mama Raka tersebut.
“jadi, kakak ini gak bisa bangun lagi?” tanya Raka.
“iya” jawab mama Raka dengan singkat.
Dan kemudian mama Raka menggendong gadis kecil itu dan segera melaksanakan pemakaman untuk gadis kecil ini.
Kini gadis kecil mungil ini telah tersenyum bahagia. Di belakang
gedung puluhan burung-burung kecil telah terbayang senyuman si gadis
kecil itu. mereka sangat menyayangi gadis kecil itu. bahkan mereka
setiap hari membawa sekuntum bunga kecil yang ia letakkan di makam gadis
kecil ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar