Senin, 23 Maret 2015

Uang Untuk Operasi Istriku

“Maaf mas, Tapi saat ini saya masih belum bisa bantu, Bukanya saya tak memiliki uang, tapi uang yang saya punya juga sedang saya butuhkan untuk biaya sekolah anak saya mas, belum lagi saya juga harus membayar cicilan mobil.” Jawab Agus
“Tolonglah aku gus!, Pinjamilah aku uang aku bersumpah akan mengebalikannya padamu.” pinta Gunawan pada temanya itu.
“Tapi maaf mas, Keluarga saya juga sedang butuh uang” ucap Agus pada Gunawan.
“Ya sudahlah gus, kalau begitu aku pamit pulang dulu”. ucap Gunawan sambil bersiap untuk berdiri untuk meninggalkan rumah Agus.
Gunawan pun akhirnya kembali pulang ke rumahnya sembari diliputi rasa resah, pikiranya saat ini hanya tertuju pada istrinya yang sedang terbaring kritis di rumah sakit dan saat ini sedang membutuhkan uang untuk biaya operasi tumor ganas yang istrinya derita, hatinya bingung, seluruh hartanya sudah habis ia jual untuk membiayai penggobatan istrinya, kini hanya tinggal rumahnya saja yang belum ia jual. Kalau tak salah rumah Agus adalah rumah yang ke 13 yang sudah Gunawan singahi untuk mencari pinjaman uang, tapi sayang dari ke 13 rumah itu tak sepeser rupiah pun yang berhasil pinjam, tapi kemudian Gunawan tiba-tiba teringat pada seorang sahabatnya sewaktu duduk di bangku SMA dulu yang kini kabarnya sahabatnya dulu itu telah menjadi anggota dewan, Ia pun akhirnya memutuskan untuk mencoba memimta pertolongan dari sahabat lamanya itu.
“Tokk.. tokkk.. tokkk…!” Gunawan menggetuk pintu rumah sahabat lamanya itu sembari dalam hatinya berharap semoga sahabat lamanya itu berada di rumah
“Gunawan kebetulan sekali kamu kemari, oh ya ayo silahkan masuk”.
Gunawan pun masuk ke rumah sahabatnya dulu itu dan menceritakan permasalahanya serta menyampaikan maksud dan tujuanya datang berkunjung ke rumah sahabatnya sewaktu SMA itu dulu.
“Jadi begini Bud maksud kedatanganku kasini adalah untuk meminjam uang” kata Gunawan kepada Budi sahabatnya sewaku SMA itu dulu.
“Memangnya kamu butuh uang buat apa Gun?” tanya Budi kepada Gunawan sambil menghisap rokok yang ia pegang.
“Jadi begini Bud!, istriku, istriku sedang terserang tumor ganas dan harus segera dioperasi!” jawab Gunawan.
Mendengar perkataan Gunawan tersebut Budi tiba-tiba pergi beranjak meningalkan sofa empuk yang ia duduki dan pergi menuju kamarnya dan meninggalkan Gunawan sendirian di ruang tamu, Gunawan pun bingung dengan tindakan Budi, Mengapa Budi tiba-tiba meninggalkanya sendiri di ruang tamu, tapi kemudian Budi datang kembali sembari tangan kanan membawa sebuah kantong kresek berwarna hitam berukuran sedang menuju ke arah Gunawan dan berkata
“Kalau segini cukup apa nggak” dengan menyerahkan kantong plastik yang ia bawa.
Gunawan pun membuka kantong kresek yang diberikan oleh Budi “Cukup, cukup Bud, terimakasih Bud aku bersumpah pasti akan segera menggebalikanya jika aku sudah punya uang nanti!” ucap Gunawan dengan hati yang senang
“Kamu nggak usah mikirin itu dulu yang penting kamu harus segera ke rumah sakit supaya istrimu bisa segera dioperasi”
“terimakasih Bud aku tak akan pernah melupakan kebaikanmu ini padaku”
Gunawan pun segera menuju rumah sakit pikiranya kini mulai sudah agak tenang. Gunawan tak mengerti mengapa Budi dengan mudahnya meminjamkan uang sebesar itu kepadanya, ini mungkin karena Gunawan pernah menyelamatkan Budi saat Budi tenggelam di sungai saat mereka pergi memancing bersama, mungkin jika Gunawan tak menyelamatkan Budi waktu itu, mungkin mereka berdua takakan pernah berjumpa lagi saat ini.
Sesempainya di rumah sakit Gunawan kaget serta diselimuti rasa takut ketika melihat putrinya yang ia suruh untuk menjaga ibunya menanggis di depan kamar rawat sang istri, Ia pun segera menghapiri putrinya tersebut dan kemudian memeluknya serta bertanya “kenapa kamu menanggis?”
“ibu yah” jawab sang putri sambil menanggis.
“kenapa ibu kamu?” Gunawan kembali bertanya pada putrinya
“ibu udah nggak ada yah” jawab anaknya sembari menaggis lebih keras.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar