Hari ini aku ada janji sama Hendri. Aku dan Hendri mau pergi ke rumah
sakit. Mau cek ke dokter, apa benar Hendri ini punya penyakit jantung.
Oh iya, namaku Irama Nandya GC, biasa dipanggil Rara. Rumahku berdekatan
dengan Hendri. Kami sudah bersahabat dari kecil, dari SD, sampai
sekarang kami menginjak kelas 3 SMP yang sebentar lagi mau Ujian
Nasional. Em, mandi sudah, makan siang sudah, saatnya ke taman untuk
bertemu Hendri yang daritadi sudah menunggu di sana.
Di Taman
“Hai!” sapaku. “Hey Ra, kita langsung ke depan aja ya. Tunggu angkutan
umum lewat. Okey?” ajaknya. “Sipp!” aku menyetujuinya. Hendri hanya
menceritakan gejala penyakit jantungnya padaku. Dia belum menceritakan
ke orang tuanya. Dia takut orang tuanya kecewa, sedih lalu membencinya.
Secara keturunan, keluarga Hendri memang tidak ada yang punya penyakit
jantung. Semoga aja, Hendri memang tidak punya penyakit itu. Amiin.
![]() |
Kau Pembunuh Sahabatku |
Kami pun naik angkutan umum yang akan menuju ke Rumah sakit.“Ra, aku
deg-deg an” kata Hendri. “Tenang my bestfriend, aku yakin kamu tidak
apa-apa. Cemungut eaaa. Hehee” jawabku, yang mencoba menyemangatinya.
Hendri hanya tersenyum padaku. “Saudara Hendri, silakan” panggil dokter.
Hendri pun masuk ke ruangan dokter, untuk diperiksa. Aku di sini akan
selalu berada di sampingmu. Aku sayang sama kamu, aku di sini mendo’akan
kamu. Aku mendo’akan yang terbaik untukmu. Semoga Tuhan mendengar
do’aku.
Setelah beberapa menit kemudian, Hendri keluar. Membawa sebuah amplop,
dengan wajah yang terlihat pasrah. Dia berjalan mendekatiku, “Ndri,
dokter bilang apa?” tanyaku. Hendri terdiam, dia menyerahkan amplop itu
padaku, lalu Ia pergi meninggalkanku, Ia berlari menjauh dariku. Aku
berada dalam kebingungan yang mendalam. Apa aku akan mengejar Hendri
atau aku……. Ah, sebenarnya aku penasaran, apa isi amplop ini. Aku buka
perlahan lahan, aku mencoba untuk tetap berpikir positif. Aku mengambil
kertas yang berada dalam amplop, dan membacanya.
Aku terduduk lemas. Tapi aku mencoba berdiri, dan berjalan perlahan
untuk keluar dari rumah sakit ini. Sedih rasanya, ketika mendengar orang
yang kita sayang, punya penyakit. Ya, itu yang aku rasakan saat ini.
Semua ini buat aku terkejut. Orang sebaik dan seceria Hendri menderita
penyakit jantung. Apalagi sudah parah. Aku gak tahu, sekarang harus
berbuat apa. Yang aku pikirin sekarang, di mana aku dapat bertemu dengan
Hendri? Dia menghilang begitu saja, semoga dia bisa ikhlas menerima
semua ini.
Dari jauh, aku melihat seorang laki-laki sedang duduk menyendiri. Yea,
itu Hendri. Aku mempercepat langkahku, dan mendekati Hendri. Aku mencoba
duduk disampingnya. Keheningan terjadi diantara kami. Aku gak tahu
harus bicara apa pada Hendri. “Ndri…”sapaku. “Satu pesanku padamu,
jangan pernah menyerah menghadapi kenyataan hidup. Ada aku, aku akan
jadi teman terbaikmu sampai maut memisahkan kita” jelasku. “Jika aku
yang dipanggil oleh Tuhan terlebih dahulu, kamu janji ya sama aku, tak
akan menghianati persahabatan kita?” Tanya Hendri. “Jangan bicara
seperti itu ah, iya aku janji. Kamu bisa pegang janji aku” kataku. “mana
janjinya? Katanya mau aku pegang?” Tanya Hendri usil. Hahaha, di tempat
itu kami tertawa bersama, tertawa lepas.
Keesokan harinya
Sms masuk dari Hendri ‘good morning!’. Aku balas ‘morning too! Hari ini
kamu istirahat dulu, jangan masuk ke sekolah ya’. Aku tunggu ,2 menit, 3
menit. Hendri gak balas pesanku, aku khawatir mungkin pulsanya habis
apa ya? Haha, sudahlah. Oh iya, aku dan Hendri beda sekolah. Sekolah aku
jauh sekali dari sekolah Hendri. Dulu aku dan Hendri memang SD nya
bareng. Tapi, setelah kami lulus, kami punya tantangan. Dan tantangannya
itu, bersekolah di SMP yang gak sama.
Hari ini aku merasa ada yang aneh dengan perasaanku. Ada apa gerangan?
Aku agak kurang semangat pagi ini. Sesampainya di sekolah, aku masuk
kelas. Tapi, setelah istirahat pertama aku pergi ke UKS. Badan aku
lemes, gak kuat. Aku tiduran di sana. Aku benar benar gak enak badan,
rasanya separuh nyawaku hilang :-o. Bu Guru mengajakku untuk pulang,
karena aku terlihat sangat pucat. Aku menyetujuinya.
Di Rumah
Aku segera memasuki kamar, aku berbaring di kasur. Aku tertidur lelap.
Satu jam kemudian, aku bangun. Aku melihat ke handphoneku. Aku baca
pesan dari Shinta. “Ra, sekarang Hendri di RS Jaya Kusuma. Cepat kmu
kemari!”. Rumah sakit? Ya Tuhan, what happened? Semoga gak terjadi
apa-apa sama Hendri.
Di Rumah Sakit
Aku menghampiri Shinta yang sedang duduk di ruang tunggu. “Kenapa ini
bisa terjadi sama Hendri, Shin?” tanyaku gugup. “Em, Hendri ikut
pelajaran olahraga Ra. Waktu dia lari lari, dia terjatuh sambil memegang
dadanya. Akhirnya langsung dibawa ke sini”, jelas Shinta. “Oh iya aku
lupa, hari Senin dia kan olahraga. Padahal tadi pagi aku sudah sms dia,
jangan berangkat ke Sekolah dulu. Ceroboh sekali dia”, sambungku.
“Hendri lagi sakit ya Ra? Sakit apa?” tanya Shinta. “Dia, dia sa…” belum
selesai aku menjawab Shinta, Dokter keluar dari kamarnya Hendri. “Saya
ingin bicara dengan kerabat terdekatnya Hendri” kata dokter. “Saya Dok”
sambungku. “Mari ikut saya, Nak” ajak Dokter.
Beberapa menit kemudian, di Kamar Hendri
Kubuka pintu kamarnya perlahan, mencoba untuk tetap tegar. Aku duduk di
kursi dekat tempat tidur Hendri. Kasihan Hendri terbaring lemah, Ya
Tuhan aku gak ingin kehilangan teman sejatiku ini. Lindungi dia selalu
dalam lindungan terbaik-Mu. Jangan pisahkan kami, satukanlah kami agar
menjadi sahabat yang sempurna untuk selamanya dan sembuhkanlah Hendri
dari segala penyakit. Amiin.
Keluarga Hendri sudah tau kalau dia punya penyakit jantung. Sementara
ini mereka pulang, jadi aku di sini yang menjaga Hendri. Suatu
keajaiban, Hendri bangun. Dia membuka matanya perlahan. Mencoba melihat
disekitarnya dan mengingat ingat yang terjadi padanya. “Ra, makasih ya.
Kamu adalah orang yang paling berharga dalam hidup aku setelah
keluargaku” ucapnya. “Iya, sama sama. Aku beruntung punya sahabat yang
tegar seperti kamu. Aku ingin kamu bisa sembuh, dan …… Hendri! Kamu
kenapa? Hendri !!” aku melihat Hendri kesakitan. Aku khawatir, Ya Tuhan.
“Dokter! Suster!” teriakku.
Andai aku tahu, kemarin sore itu percakapan aku dan Hendri untuk yang
terakhir kalinya. Ya, Tuhan berkehendak lain, Hendri sudah tiada di
dunia ini. Memang, umur seseorang gak ada yang tau, kecuali Allah. Dan,
teman terdekat kita adalah kematian. Siapa pun orang di dunia ini, harus
menghadapi yang namanya kematian. Berani di dunia, berani juga untuk di
akhirat. Semoga Hendri bahagia di sisi-Mu Tuhan dan semoga keluarga
serta kerabatnya yang ditinggal, bisa tabah. Amin . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar