Rabu, 18 Maret 2015

Ibu

Tak ada lelahnya perempuan itu menahan kantuknya. Ingin rasanya dia memejamkan matanya dan tidur selama beberapa menit. Tapi orang-orang yang ditunggunya tak kunjung datang. Dia tak tahu jam berapa sekarang, yang dia tahu hanya dia telah lama menunggu. Rasa sakitnya saat ini telah di tahannya sejak lama. Tapi dia tetap percaya diri dan mempertahankannya.
Dia rasa ini adalah saat-saat terpenting yang pernah terjadi dalam hidupnya. Saat-saatnya untuk menjadi seorang pahlawan. Setelah banyak yang dilewatkannya atau digagalkannya karena tindakannya sendiri. Tapi untuk kali ini hati nuraninya yakin bahwa dia akan berhasil. Dia percaya bahwa kali ini dia takkan merusak nya. Telah banyak kegagalan yang dilewatinya karena kesalahan fatal yang dibuatnya.
Di saat dia harus membanggakan seseorang yang telah menjadi pahlawan juga untuknya, dia dikeluarkan dari sekolahnya karena terlibat masalah yang sangat ia sesali hingga saat ini. Dia tahu, mungkin memang sudah terlambat untuk membalas kepahlawanan ibunya saat ini. Bahkan di saat terakhir hidup perempuan itu, dia tak ada.
Berbagai emosi bercampur aduk antara menyesal, sedih, dan lelah. Bahkan kesabarannya pun sudah hampir habis. Tak terasa air mata keluar dari pelupuk mata cokelat gelapnya. Setelah kehilangan satu lagi pahlawan di hidupnya beberapa bulan yang lalu. Dia merasa hidupnya tak ada artinya. Pahlawan itu tak lain adalah suami yang mengajarkannya tentang hidup. Yang memberi nya petunjuk ke arah cahaya kebaikan juga memberi tahunya siapa pahlawan sebenarnya yang telah menciptakannya dan semua yang ada di dunia ini. Tapi di saat yang sama, dia pikir sebentar lagi dia yang akan menjadi pahlawan bagi orang lain. Walaupun dia pikir telah kehilangan banyak pahlawan dalam hidupnya, tapi dia yakin bahwa dia juga bisa menjadi pahlawan.
Dia tak pernah bangga pada dirinya sendiri selama masa hidupnya sampai hari ini. Dan inilah saat-saat ia akan bangga pada dirinya sendiri. Juga akan memberikan kebahagiaan atas jerih payahnya selama sembilan bulan melewati barbagai macam rintangan yang di hadapinya. Ia juga tak sabar akan ditemani seseorang malaikat yang sebentar lagi akan ditemuinya di dunia ini. Setelah beberapa lama hidup tanpa seorang pun yang menemaninya menjalani beratnya hidup ini. Seseorang yang akan ia cintai sungguh-sungguh dan ia jaga lebih dari benda paling berharga sekali pun di dunia ini. Seseorang yang ia harap tidak akan sama mengecewakannya sepertinya di masa lalu.
Rasa sakit yang dirasakannya tak dapat lagi ditahannya. Saat itu juga orang-orang yang tadi ditunggunya datang mencoba membantunnya mewujudkan kisah ke pahlawanannya itu. Rasa sakit yang sangat menjadi itu seolah memaksa nya untuk menyerah. Tapi rasa tanggung jawabnya menyemangatinya untuk terus tetap bertahan dan terus berusaha.
Pada saat itu juga orang-orang yang ditunggunya datang dan membantunya mewujudkan kejadian paling berharga pada hidupnya itu. Orang-orang itu juga ikut menyemangatinya. Dengan sekuat tenaga ia dorong kuat-kuat janin yang akan segera melihat dunia itu. Dia tahan rasa sakitnya itu sampai akhirnya suara tangisan seorang bayi pun terdengar di telinganya. Dengan tersayup-sayup matanya yang telah lelah juga mengeluarkan airmata bahagia.
Dan bibir lebar tipisnya menyungging kan senyuman kebanggan atas dirinya yang telah menjadi seorang ‘ibu’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar