Namaku Iwan, aku adalah seorang anak remaja yang sedang mencari jati
diri. Aku baru saja menamatkan sekolah menengah pertamaku dan tak sabar
rasanya untuk segera memulai masa SMA di sekolah baru nanti.
Bingo! Betapa bahagianya aku setelah mendapatkan kursi di sebuah SMA
Negeri favorit di Kotaku, semakin tidak sabar saja rasanya. Sekolah baru
akan dimulai 3 hari berikutnya, aku memanfaatkan waktu luangku untuk
prepare keperluanku saat hari pertama sekolah nanti dan sekalian aku
berpamitan dengan pacarku yang baru saja naik kelas 3 SMP. Ya, kami
berbeda 1 tahun, oleh karena itu aku berpamitan karena kita mungkin
tidak akan bertemu setiap hari lagi di sekolah yang sama. Memang
tersirat rasa sedih saat mengatakan kalimat perpisahan, meskipun hanya
berpisah sekolah. Kita berjanji untuk saling setia dan menjaga hati
masing-masing.
“see you di SMA sayang!” kata Lusy sambil berbalik badan bergegas masuk rumah, usai aku mengantarnya pulang hari itu.
Akhirnya hari mulai sekolah tersisa 1 hari lagi. Tak sabar menunggu esok
rasanya, merasakan sensasi sekolah baru. sambil asik aku packing untuk
peralatan yang harus dibawa esok hari, aku mengirim SMS pada Lusy.
“Sore sayang?” Sapa ku pada Lusy.
“Sore” jawab jawabnya singkat.
“Lagi ngapain?” Tanya ku.
“Lagi Belajar”
“berarti ganggu dong?”
“hmm, Sedikit!” jawab Lusy. Baru sekali ini dia bilang aku sedikit mengganggu.
“Oh, It’s Okay, maaf ya ganggu, selamat belajar” ucapku menyudahi percakapan.
Sempat merasa heran karena Lucy sedikit aneh sore itu, tapi ah, ya
sudahlah aku tidak ingin ambil pusing terlebih aku takut lebih
mengganggunya nanti. Aku pun melanjutkan packing.
Malam harinya terdengar nada pesan berdering di Handphoneku, kulihat itu dari Lusy.
“Iwan, aku ada perlu!” bunyi SMSnya.
Kujawab “apa?”, sepertinya ada yang perlu dia katakan karena isi SMSnya tak pernah seserius itu.
“aku mau bilang sesuatu sama kamu, penting!”
“iya, ngomong aja sayang?” tanyaanku dengan sejuata rasa penasaran.
“Maafin aku, aku bukan cewe yang baik buat kamu..”
“Wait.. Wait! Maksudnya apa sih Lus?”
Lalu dengan kalimat tegas Lusy menjawab
“Intinya! Aku gak tau harus gimana, rasanya kita udah gak cocok wan, aku kira kita putus aja ya?”
Jantungku seakan berhenti berdetak sesaat.. tak sadar aku melongok
heran. Sebenarnya aku tak mendapatkan alasan yang logis dari semua ini,
namun karena Lusy bersikeras ingin berpisah denganku, ya mau apalagi,
harus kubendung kekecewaan yang amat besar dalam hidupku. Cinta
pertamaku, lusy kini pergi.
Besoknya aku memulai hari pertama sekolahku dengan masih menyisakan
rasa galau. “Cepat! Jangan malas! Baru masuk SMA udah malas!” bentak
seseorang di depan gerbang, ketus sekali Seniorku ini. Memang hal yang
wajar ketika masa-masa orientasi sering dimanfaatkan kakak kelas untuk
membully siswa baru, kalau bahasa gaulnya di “ospek”.
3 hari ospek yang sangat melelahkan telah kulewati, hampir tak da
waktu santai rasanya, namun semua terbayarkan setelah bertemu dengan
banyak teman baru, dengan karakter dan kepribadian yang baru, it’s
interesting. Tiba akhirnya kegiatan belajar mengajar dimulai, aku telah
kenal dengan Aryo, Rasmin dan Andra. Kita berempat sudah klop semenjak
masa-masa orientasi, jadi tak butuh waktu yang lama untuk menjadi akrab.
Aku sering memperhatikan Aryo yang sepertinya tengah dilanda jatuh
cinta. Ya, jatuh cinta pertamanya di SMA. Usut di usut ternyata Aryo
memang naksir dengan perempuan kelas sebelah yang bernama Budi. Hehehe,
no no no.. im joking, namanya Khairunnisa, sering dipanggil Nisa. Buatku
Nisa orangnya biasa saja, nothing special, tapi kita tahu bahwa selera
manusia berbeda-beda.
1 minggu berlalu, sepulang sekolah kurebahkan tubuhku di sofa rumah.
Handphoneku berbunyi, kulihat Lusy mengirmkanku pesan singkat.
“hey! Siang Iwan.”
“Siang Lusy, ada apa?” jawabku sekaligus bertanya.
“aku mau minta tolong boleh?”
“aku kesepian, aku ternyata masih butuh kamu, mau kan kamu balikan lagi sama aku?”
Jujur aku masih sangat berharap pada Lusy, jadi tanpa banyak basa-basi
aku menerima tawarannya lagi. Ahh! senangnya siang itu. Kini aku dan
Lusy kembali menjadi sepasang kekasih yang dimabuk asmara seperti
layaknya anak muda lainnya. Tak terasa sudah 8 bulan aku dan Lusy
berpacaran.
Di sekolah aku telah memasuki pertengahan semester yang dimana sebentar lagi akan digelar UTS.
“Wan! Gila deh, Nisa emang cakep abis!” bisiknya padaku. Saat itu aku
dan Aryo sedang mengintip ke kelas sebelah dengan maksud melihat Nisa.
Ya, itulah kebiasaan si Aryo setiap harinya, sementara aku hanya kali
ini mau ikut-ikutan dia. Tak sengaja aku lihat teman sebangku Nisa,
perempuan yang menurutku jauuuh lebih cantik dari Nisa, membuatku
terperangah.
“Yooo… cakep bangeet, kok gue baru liat tu cewek ya!”
Aryo dengan pede nya menjawab “Yo’i kan gue bilang apa bro Nisa emang cakep kan!” sambil tertawa bangga,
“Bu..bu..Bukan! tuh yang sebelahnya!” jelasku dengan masih terpesona.
“ooh yang onoh! Bilang dong! Namanya Alia! Dia temen SMP sekaligus tetangga gue!” kata Aryo berturut-turut.
“hah.. lo tau Yo? Kok lo baru bilang punya tetangga cakep? kayanya dia
cewek tercantik yang pernah gue liat di SMA ini!” kataku memuji.
“hahaha! Cewek kaya gitu? Cantik sih, tapi inget bro, masih baaaanyak
yang lebih cantik dari dia, salah satunya, NISA!” kata Aryo dengan
sombong. Disitu setelah melihat Alia membuatku lupa akan Lusy pacarku
itu. Baru sekarang aku merasakan seperti ini. “Alia”, perempuan
tercantik versiku.
Kembali ke hubunganku dengan Lusy, entah kenapa sewajarnya saja ada
rasa penasaran untuk bertanya lagi alasan yang jelas tentang mengapa
Lusy saat itu meninggalkan aku, meskipun saat ini hubungan kami membaik,
tapi tidak ada salahnya toh. Aku bertanya pada Lusy, mengapa?
Lusy tampak bingung dan seperti ingin mengelak saat kutanyai seperti
itu. Tapi elakannya tak berarti bagiku, dan tidak mengurungkan niatku
untuk mengetahui alasan yang pasti tersebut.
“please, aku Cuma pengen tau Lus, aku kan masih pacar kamu?” pintaku.
“iya, tapi buat apa Wan, sekarang kan aku udah balik lagi sama kamu” rayunya.
“no, semua harus jelas Lus, kenapa sih?” kataku menekannya lagi.
“udah deh Yang, gak penting kok!”
“Don’t be Bullsh*t! aku mulai kesel sama semua bantahan kamu!”.
“tapi..”
“Aaah! Kenapa sih kamu takut buat terbuka sama aku sekalipun!” potongku.
“okay! Aku ngalah!” jawab Lusy akhirnya menyerah.
SMSan ini sempat tertunda 20 menit lebih dan akhirnya Lusy membalas juga.
Isi SMS Lusy..
“Maaf, jujur aku Minta maaf, aku gak konsisten sama perasaan aku, aku
gak bisa jaga kesetiaan kamu, maafin aku! Kemarin, Sandy, cowok yang
pernah aku suka, dia bilang Sayang sama aku! Jadi aku coba buat buka
hati aku dulu buat dia.. tapi teryata dia gak serius. maafin aku sayang
L, aku sayang kamu!”
Setelah membaca pesan itu aku langsung down. Aku tak menyangka perempuan yang amat aku cintai sebegitu teganya kepadaku.
“kamu gak becanda kan Lus?” kataku memastikan.
“aku serius!! Maafin aku cinta” kata Lusy memohon. Fikiranku menjadi
sulit fokus, hanya melamun, dan merasakan sakit hati yang meledak-ledak.
Setelah setengah jam kemudian aku mampu menenangkan diri, inilah pesan
yang aku kirimkan pada Lusy..
“Kita putus.. semua udah gak akan bener kalo hati kamu udah terbagi”
kataku dengan bulat dan singkat. Tak berapa lama Lusy menelfonku, namun
saat ku angkat di telefon hanya ada suara tangisan Lusy, aku sempat iba,
namun aku tau memang Lusy sejak dulu mengharapkan Sandy, laki-laki yang
pernah menghubunginya itu jadi aku lebih baik menyingkir. Inilah akhir
cerita sebenarnya antara aku dan Lusy.
Kini, kembali aku membujang, telah ku hapus jauh-jauh perasaan
tentang Lusy, dia hanyalah kesalahan terbesar dalam kehidupan cintaku.
Aku seperti biasa belajar di sekolah demi menghadapi UTS. Saat waktu
istirahat tiba aku duduk sendiri di depan kelas, namun tiba-tiba Alia
lewat di depanku dengan wajah yang tampak tersipu malu. Senyumnya
membuatku segar kembali hari itu dan selalu tampak menggoda dibalik
jilbab yang dia kenakan. Fikirku, kali ini aku single, so, kenapa aku
tidak mengejarnya saja? Lagipula Alia memang sudah tau kalau aku telah
mengaguminya sejak lama. Yes! I’ll do that. Aryo sepertinya sedang tidak
ingin membantuku karena dia pun sedang kasmaran, jadi mana mau tau
urusan cinta orang lain. Aku memperhatikan Alia, dan akhirnya ide untuk
bisa mendekatinya kutemukan. Aku bertemu dengan Gina, dia siswi dari
Jakarta namun kita sudah saling kenal. Gina adalah teman sekelas Alia,
aku menggunakan jasanya untuk menjadi Makcomblangku. Sepulang sekolah
aku cegat Gina dan meminta bantuannya.
“nih bang nomernya si Alia. Ntar malem lo SMS aja!” kata Gina sambil menunjukan nomer Alia di Handphonenya.
“asek! Thank’s ya sist!” akupun bergegas pulang. Memang tak sulit untuk
berbisnis dengan Gina, Selain orangnya baik, kita sama-sama orang betawi
jadi lebih cepat akrab.
Di rumah kucoba menyapa Alia lewat SMS.
“Haaii Alia?”. Na’as tak ada balasan dari Alia, membuatku galau sesaat. Besok nya di sekolah Gina menemuiku.
“bang! Gawat, Alia marah-marah soalnya dia paling gak bisa kalo cowok
asing ngeSMS dia!”. Kata Gina kebingungan. Ini situasi yang gawat,
berarti Alia memang tidak ingin membuka diri.
Akhirnya aku berniat memberanikan diri untuk menjumpai Alia langsung.
Di jam istirahat kedua kulihat Alia sedang asik mengobrol dengan Nisa.
Kuhampiri Alia dengan merasakan kaki yang terasa kaku menanggung grogi.
“Alia, bisa ngomong sebentar?” tanyaku kepadanya. Nisa dengan sendirinya pergi meninggalkan kita berdua,
“ada apa?” kata Alia dengan senyumnya yang malu-malu menghias wajahnya yang sama-sama memerah sepertiku. Dia menatap wajahku.
“maaf ya, kemarin aku yang SMS Kamu, terus aku denger kamu marah, jadi
aku minta maaf? Tapi suerr!! aku udah hapus nomer kamu kok!” jawabku.
“oh, hehehe.. kamu lucu deh. Iya gak apa-apa, emang aku kurang terbiasa kalo ada orang asing SMS aku” jelasnya.
“aku kan bukan orang asing?”
“iya bukan kok Iwan” .. Alia menyebutkan namaku sambil tersenyum, indah sekali rasanya.
“so, boleh dong aku SMS kamu?” goda ku.
“hmm.. Nanti aja deh ya” jawab Alia singkat. Niatku kali ini gagal, tapi
tak apalah, aku tak mungkin memaksanya. Yang jelas waktu ngobrol tadi
adalah the Best situation ever. Aku pun pamit dari Alia dan bergegas
menuju kelasku.
Hari demi hari di Sekolah aku habiskan bersama usahaku mendekati
Alia. Semakin hari dia semakin cantik saja. Selalu pipinya merah merona
saat berpapasan denganku. Sial! Aku benar-benar sedang jatuh cinta.
Memang terkadang usahaku gagal, seperti ada kala aku membelikannya
makanan saat istirahat, sebungkus nasi goreng dari kantin telah ku
jingjing. Aku menghampiri Alia dan memberikan Bungkusan ini untuknya.
“Alia! ini ada makanan, kamu pasti belum makan” tawarku padanya.
“aduh ngerepotin!, ini ikhlas kan?” Tanya nya sambil melempar senyum.
“ikhlas banget kok” jawabku.
“yu, dimakan ya, aku tinggal dulu!” aku pergi meninggalkan Alia. Fyuh!,
lega rasanya karena Alia menerima bungkusan Nasi goreng itu.
5 menit selanjutnya aku tak sengaja lewat di depan kelas Alia,
kulihat Alia sedang mengotak-atik handphonenya. Dimana nasi goreng yang
tadi aku berikan?.
Setelah kucari-cari ternyata sebungkus nasi goreng itu sedang di makan
oleh Zaky, laki-laki pendek dan gembul yang sering menggodanya di kelas.
Payah! Rupanya Alia memberikan Bungkusan itu pada Zaky. Tak apa lah,
meskipun secara tidak langsung aku merasa gagal total, aku ikhlas.
Alia akhir-akhir ini memang selalu menjauh, tidak memberikan respon
positif padaku. Aku sering melihatnya senyum-senyum sambil menerima
telefon, entah dari siapa tapi aku tak curiga karena sudah rahasia umum
kalau Alia sangat menutup diri jadi tidak mungkin kalau ada laki-laki
yang menelefonnya. Manjauhnya Alia ini membuatku amat galau dan
frustasi, jadi aku mencari informasi tentang Alia yang sekarang. Sepeti
biasa aku panggil Gina. Ku minta dia agar melacak apa yang sedang
terjadi pada Alia.
Besok harinya Gina berlari menghampiriku sambil tergesa-gesa.
“Bang! Lo jangan nangis ya?” katanya meledekku.
“hah? Maksud lo? Ada apa sih? Kaga bakal nangis gue!”
“Alia, setelah sekian lama ngejomblo sekarang dia udah punya pacar!!!”
Tuuuuuuttt!!! Detak jantungku berhenti lagi sebentar. Memang faktanya
Jantung akan berhenti sebentar ketika kita mendengar hal yang buruk
tentang cinta. Entah dengan hal yang lain.
“serius lo?” tanyaku untuk meyakinkan diri.
“beneran! Pacarnya dokter bang! Tiap malem minggu ngapelin sib do’i!!”
Ahhh!! Galau kembali kualami. Lagi-lagi kegagalan dalam cinta monyet. Dasar monyet! Kataku mengatai diri sendiri.
Terpaksa aku menjauh dari Alia yang sudah milik pak dokter sekarang.
Gina selalu menyabarkanku, membuat aku kembali tegar. Aku dan gini yang
setiap hari bertemu untuk curhat menjadi lebih dekat, dan lebih
fatalnya! Kita saling suka satu sama lain berjalan 5 hari pendekatan,
aku dan Gina terlibat Teman tapi mesra. Kita bersahabat namun rasanya
seperti pacaran. Ya, biasa lah. Sampai akhirnya naik kelas 2 Gina pindah
sekolah dan tidak pernah mengabari aku lagi.
Tak terasa Aku naik kelas 2 SMA dan masih jomblo. Hidup bebas namun
terlantar, haus perhatian dari wanita. Kulihat Alia yang masih
berbahagia dengan dokter itu. Terlihat dari mimiknya yang selalu
berseri-seri. Jika harus memilih antara aku dengan dokter, sudah pasti
dokter lebih unggul. Haduh! Galaunya hati ini melihat orang yang kita
sukai tidak menghiraukan kita. Tak butuh waktu lama setelah tekanan
pesona bertubi-tubi dari Alia, aku tidak dapat menahan hati lagi, dan
jatuh cinta lagi. Tak peduli dia kini sudah jadi pacar dokter. Kucoba
mendekatinya lagi yang saat itu di siang hari sedang murung, berbanding
terbalik dengan mentari yang bersinar cerah. Ku hampiri Alia.
“hey.. Sendirian aja?” godaku.
“eh, kamu.. iya nih, lagi bad mood!” jelasnya. Dengan inisiatif seorang
laki-laki yang sedang dilanda asmara, aku menghiburnya, hingga akhirnya
kulihat wajahnya kembali memancarkan senyumnya yang masih cantik seperti
dulu. Ah.. aku rindu senyum Alia. Intinya siang itu setidaknya aku
berhasil membuat Alia tersenyum lebar kembali. Setelah ngobrol ngalor
ngidul di balkon kelas, aku iseng bertanya.
“hm, sama yang dokter itu masih?” dengan nada menggodanya.
“hehe udah engga kok” jawabnya. Disitu aku masih sok cool, padahal di dalam hati aku riang bukan kepalang.
“eh, mau tau rahasia aku gak?” sambung Alia lagi.
*what? Alia mau bagi-bagi RAHASIA nya denganku! Mimpi apa aku semalam.
“mau, rahasia apa Al?” kataku penasaran.
“tapi jangan sampe bocor ya?”
“iya beres deh”
“sebenernya.. Dokter itu Kakakku, aku pura-pura punya pacar supaya aku aman. Jadi aku minta tolong dia..” jelas Alia. ooooh..
“maksud kamu? Aman dari aku?” sindirku.
“ya, soalnya aku risih buat pacaran” ujar Alia.
“tenang aja Alia, aku ga bakal aneh-aneh kok, aku mengagumi kamu
sewajarnya aja lagi, meskipun sampe sekarang masih belum bisa move on
dari kamu” godaku pada Alia..
“iya–iya.. hehe” sahut Alia.
“eh, tapiii…”
“tapi apa Wan?” Tanya Alia.
“masih belum bisa ngasih nomer handphone nya ya?” celetukku.
“hehe, pengen banget ya?” ledek Alia padaku. Aku hanya tersenyum dan mengangguk.
“mana kertasnya?”. Ditulislah nomer handphone nya dalam kertas yang aku berikan namun menyisakan 1 digit yang kosong.
“nih aku sisain 1 nomer akhir, kamu yang cari aja” tantang Alia.
“it’s okay!” Alia lalu pergi pulang dan menunggu sepi aku melampiaskan
kebahagiaanku di tempat itu juga. Benar-benar rezeki besar!!.
Setelah di rumah ku kirimkan pesan ke 10 kontak sekaligus dengan
menyisipkan nomor berakhiran 0-9. Ternyata yang paling tepat adalah
angka 1. Mudah saja bukan..
“halo Alia?” begitu isi pesanku ke semua nomer. Lalu nomer dengan akhiran 1 membalas,
“ya, syp?” jawabnya singkat.
“ini aku Iwan!?”
“oh, iya ada apa?” tanyanya. Entah perasaanku saja, tapi aku merasa Alia
ini sangat ketus di SMS jadi hari itu aku akhiri dengan “Save nomer aku
ya Alia”..
Berhari-hari aku terus coba menghubunginya lewat SMS namun tetap sama
ketusnya, yang jelas aku benar-benar jatuh cinta yang kedua kalinya
dengan orang yang sama, Alia.
Mungkin sudah hal lumrah jika seorang perempuan di kejar-kejar laki-laki
akan merasa senang, dan aku yakin itu juga terjadi pada Alia. Namun
entah mengapa aku merasa ada yang lain dari sifat Alia terhadapku. Di
suatu kesempatan Alia pernah menyuruhku mengerjakan tugas kelasnya,
dengan alasan “malas” dia meminta tolong padaku.
“tolong kerjain ini yah..” suruhnya padaku.
“kenapa gak di kerjain sendiri?” tanyaku penasaran.
“hmm.. males!” jawabnya singkat sambil tersenyum. Okay! Demi Alia, aku
rela.. namun disitu terdapat Aryo dan Rasmin, sahabat dekatku yang
memperhatikan aku sedang mengerjakan tugas Alia. Singkat cerita tugas
Alia telah selesai aku kerjakan. Lalu Alia berterimakasih dan pergi ke
kelasnya dan tak lama Aryo dan Rasmin menghampiriku, membawaku ke tempat
sepi.
“gila lo! Mau aja di Babu’in?” kata Rasmin menyentakku.
“kaga! Dia minta tolong doang min!” bela ku.
“udah deh kita liat kok semua yang udah Alia lakuin buat lo, semua motifnya sama!” lanjut Aryo, lalu Rasmin nyeletuk lagi.
“maaf aja ya bro, tapi kita-kita sih ngeliat lo tuh dimanfaatin, soalnya
lo naksir Do’I kan?” Tanya Rasmin. Sejujurnya sebenarnya aku merasakan
hal yang sama, namun karena perasaan yang begitu besar pada Alia, aku
jadi tidak menghiraukannya. Namanya juga Cinta. CInta kan Buta.
Telah berlangsung 3 bulan pendekatanku dengan Alia tidak kunjung
membuahkan hasil. Disaat aku telah merasa dekat dengan Alia, dia selalu
menjauh, dan itu selalu terulang. Alia memang benar-benar
mempecundangiku. dibuatnya aku bagaikan menjadi pengemis yang sedang
mengemis pada orang tak punya.
Ada saja gangguan saat pendekatan dengan Alia, salah satunya
mungculnya Laki-laki bernama Obi yang bisa kubilang memang good looking.
Obi membuat Alia selalu menyibukan diri dengannya. Ya, mungkin mereka
bersahabat, namun tetap aku tidak nyaman dengan kehadiran Obi. Alia
sesekali sering memanas-manasi aku saat dia sedang bersama Obi, entah
apa maksudnya, namun sudah cukup membuatku ilfil. Setelah berfikir cukup
panjang aku memutuskan untuk mencoba menjauh lagi dari Alia. Ya, demi
menyembuhkan hatiku yang berulang kali jatuh bangun karena cinta. Aku
ingin mengistirahatkan hati.
Karena ini cerpen jadi kupersingkat ceritanya, aku naik kelas 3 SMA,
masa dimana anak SMA sedang serius-seriusnya. Namun se padat-padatnya
jadwal belajar, masih ada sela waktu dimana aku, Rasmin dan Aryo dapat
berkumpul sama-sama seperti biasa. Ya, 3 jomblo with Freedom. Oh iya,
Aryo pun gagal mendapatkan Nisa. Sekitar 1 semester kita bertiga menjadi
single boy, akhirnya di bulan ke 4 semester 2, Aryo dan Rasmin move on
mendapatkan kekasih baru. Aryo bertemu dengan Rita, dan Rasmin dengan
Ayu. Aku? Masih sendiri. Aku hanya tertinggal sebentar karena tidak lama
aku bertemu Dini yang telah menjadi incaran beberapa temanku. Kita
mulai dekat dan akrab, dan lagi tak butuh waktu lama, aku dan Dini mulai
berpacaran. Demi melenyapkan Alia dalam hatiku. Saat itu kita
berhubungan jalan 3 bulan hingga sekolah selesai usai Ujian Nasional.
Dini adalah perempuan terbaik yang pernah aku temui, namun meski begitu
masih ada yang belum hilang dalam ingatan hati kecilku. Ya, Alia masih
membayangi perasaanku, terlebih pada waktu saat aku sedang jalan berdua
dengan Dini di sekolah dan berpapasan dengannya di kantin, Alia selalu
menunjukan senyum mematikannya seperti dulu, membuatku tak kuasa
menyembunyikan perasaanku yang lalu di depan Dini, Juga kudengar Obi
sahabatnya itu multifungsi, jadi kadang bisa menjadi cowok, kadang bisa
menjadi CEWEK. Mungkin itu yang membuat Alia sekarang menjauhi Obi.
Mungkin Alia Geli juga.
Sejujurnya aku punya sedikit masalah dengan Dini. Ya, dini mengambil
kehidupanku. Rasanya aku kehilangan duniaku sendiri, karena setiap waktu
harus kuhabiskan bersama dia. Mungkin itu yang membuat Aryo dan Rasmin
menjauhiku dan menganggapku sombong. Semua begitu berat, karena aku tak
ingin kehilangan kawan yang membuatku selalu tertawa. Dini sejauh ini
belum mengerti maksud dari kalimat “aku kehilangan Hidupku” so, ini
membuatku jenuh dengannya. Aku pergi ke Mushola sekolah. Karena waktu
itu sudah selesai UN jadi aku bisa berkeliaran kemana saja tiap waktu.
Di dekat WC mushola aku bertemu Alia. Akh! Senyumnya begitu
menghipnotistku. Disaat jengah seperti ini aku menemukan sedikit sisa
hidupku yang lalu, yaitu Alia. Aku membuat doa usai shalat Dhuha di
Mushola sekolah. Aku berdoa agar hidupku yang menyenangkan kembali.
Selepas dari Mushola aku menuju kelasku seperti biasa Dini sudah
mengSMSku dan bilang bahwa dia sendirian. Aku bergegas menuju kelas
dengan keadaan fikiran yang so .. so.. bad! Namun sekali lagi aku
berpapasan dengan Alia di koridor sekolah! Sudahlah, tak sanggup lagi
aku pungkiri bahwa aku masih dan telah jatuh cinta pada Alia untuk ke 3
kalinya!. Aku tau ini fatal karena sulitnya melupakan Alia. Oh tuhan aku
fikir ini jawaban atas do’aku. Aku memang mendapatkan kesenanganku
kembali setelah melihat Alia. Aku telah bulat memutuskan bahwa aku harus
fight untuk Alia. Tak peduli keadaan yang tidak enyenangkan
menyelimutiku, yang jelas aku telah menemukan seseorang yang bisa
membuat aku bisa survive dalam hidupku sendiri lagi.
Aku mulai merenggangkan hubunganku dengan Dini, dan 2 minggu setelah
masa-masa menjauh, aku akhirnya selesai dengan Dini. Kita berteman baik
hingga sekarang, sepertinya..
Aku kembali membidik Alia, kini aku dan Alia semakin dekat dari
tahun-tahun sebelumnya. Dalam pendekatan kali ini aku sudah berani
menelefonnya dan dia mulai meresponku. Bahkan aku pernah ke rumahnya,
sejauh ini sudah kedua kalinya. Aku bertemu ayah dan ibunya, bukankah
itu rezeki? Aku tak tau apa maksud Alia saat suatu hari aku Tanya apakah
dia akan memberiku kesempatan untuk bisa bersamanya. Alia hanya
menjawab.
“aku gak akan pernah ngasih kamu kesempatan, tapi apapun yang bisa kamu
lakuin buat aku, lakuin aja..” jawab Alia. Dan aku yakinkan dia dengan
kalimat,
“percaya aku, meskipun ini akhir cerita SMA, tapi aku bakal fight buat
kamu, meskipun aku tau gak akan pernah ada kesempatan buatku.., dan aku
janji waktu kita ketemu lagi nanti, aku bakal masih Mencintai kamu
sebagaimana perasaan aku naksir di waktu pertama, kedua, dan ketiga”..
Sesudah pertemuan terakhir di Rumahnya, kita tidak pernah bertemu
lagi, namun aku masih memimpikannya hingga sekarang. Kini aku tau bahwa
cinta buta maksudnya adalah membutakan semua pilihan cinta, dan
menganggap bahwa hanya dia yang mampu membuatku merasakan hidup yang
sebenarnya. Dan satu lagi, apapun yang dia lakukan untuk membunuh
perasaanku, aku telah jatuh cinta dengan caranya memperlakukanku.
Sekejam apapun itu, aku akan Ikhlas, karena aku tau bahwa ‘cinta’
hanyalah penderitaan, dan dengan ikhlas, aku tak akan pernah lagi
menderita.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar